panggonancerito.blogspot.com

Tuesday, 13 October 2015

Rupan si tanduk Panjang (kisah fabel)



“Ahh…”

Rupan menendang pelan batu-batu yang ada di depannya. Ia masih kesal benar. “Mengapa hanya aku saja dilahirkan dengan tanduk yang panjang begini?” gerutu Rupan.

Rupan berhenti di tepi danau, melongokkan kepalanya ke danau sehingga kepala bertanduk panjangnya terlihat di air. “Apa yang dibanggakan nenek moyangku dengan tanduk sepanjang ini?

Dengan tanduk sepanjang ini aku gampang tersangkut, aku pun juga tidak bias memakai kostum bertopi,” keluh Rupan teringat peristiwa yang baru saja ia alami.

Semua berawal dari pesta raja rimba. Semua hewan memakai kostum yang indah. Namun, tidak begitu dengan Rupan.

Apalagi kostum topi tidak bisa ia kenakan. Ketika Rupan mencoba meminjam topi si Mocil, Monyet sahabatnya, ia malah menjadi bahan tertawaan semua hewan yang ada di pesta.

“Hahahahahaha….. kamu seperti badut,” celetuk beruang. “Iya, lucu. Lihat, mukanya marah seperti tomat!” seru yang lain. “Mulai sekarang kita panggil saja ia rusa si badut!” Kuda ikut mengejek.

Rupan sangat malu.

“Sebaiknya, aku pergi saja dari pesta ini,” Rupan membuat keputusan. Ketika semua hewan sedang asyik menikmati hidangan pesta dan nyanyian Kenari, ia menyelinap pergi.

“Rupan…!” Mocil yang melihat Rupan pergi berusaha memanggil, tetapi Rupan tak menghiraukannya. Sudah nerhari-hari Rupan berdiam diri di dalam rumah.

Ia masih malu untuk bertemu dengan teman-temannya. “Mereka pasti akan menertawakanku kalau teringat tentang acara pesta itu,” dalam hatinya, setiap kali ia hendak keluar rumah. “Aduuuuh,…. Perutku terasa lapar sekali….,” Rupan meringis menahan lapar.

Rupanya, persediaan makanan di rumah telah habis. Mau tidak mau Rupan harus keluar rumah untuk mencari makan. “Semoga nanti saat mencari makanan tidak ada yang melihat….,” Rupan berjalan mengendap-endap sambil terus berdoa.

Disaat berjalan mencari makanan, tiba-tiba Rupan mendengar sesuatu. “Awas….. lari! Semuanya berlindung pada rumah masing-masing dan jangan keluar sebelum ada perintah dariku!” suara singta si raja hutan. Hewan-hewan berlarian. Ada yang menuju tempat tinggalnya, ada yang bersembunyi di atas pohon. “Hei ,Kelinci ada apa ini?” Tanya Rupan bingung, tetapi kelinci tak menghiraukannya.

“Ruru ayo segera bersembunyi!” Mocil yang baru datang langsung menarik kaki Rupan. “Ada apa, Mocil?” Rupan bertanya bingung. “Kemana saja kamu selama ini?” Seisi hutan sedang gelisah karena pemburu sering dating,” Mocil menjelaskan dengan gemas.

“Maafkan aku Mocil. Aku….aku…,” Rupan menunduk. “Aku tahu. Kamu malu bertemu kami karena kejadian di pesta itu kan?” Mocil menebak. “ Ahhh, sudahlah. Hal ini kita bahas nanti. Yang penting ayo cepat lari dulu.”

“Rupan cepat lari! Aku melihat pemburu itu di balik, semak!” Mocil langsung mengayunkan tubuhnya kemudian bersembunyi di balik dahan pohon.

Sementara itu, Rupan masih mematung. Pemburu itu mulai mendekat. “Aku akan menghadapinya,”tekad Rupan.

Rupan menegakkan lehernya, berancang-ancang untuk menyerang pemburu. “Rupan……Lariii!! Mereka membawa senapan!” teriak Mocil. Akan tetapi Rupan tidak menghiraukannya.

Dua pemburu semakin mendekat. Mereka mendekati sarang Kenken, si Kenari. Dari balik semak-semak., Berpuluh pasang mata tertuju kesana. Semua tegang, takut, dan sedih karena tidak bisa berbuat banyak menolong teman mereka. Rupan mengedipkan mata kea rah Mocil. “Auwwww!”

Setelah mendapat isyarat. Mocil meluncur menyerang pemburu. Karena Terkejut, pemburu itu langsung roboh dan senapannya terlempar. “Gruduk….,” Sebelum pemburu-pemburu itu berhasil mengambil kembali senapannya Rupan segera menyeruduk mereka dengan tanduk panjangnya. “Bruuuk…” kedua pemburu itu jatuh. Akhirnya pemburu itu lari terbirit-birit sambil memegangi tangan dan pundak mereka yang terluka akibat tandukan Rupan.

“Horeeeeee!” seru Mocil dan Rupan bersamaan. Yuuuuu kita berhasil mengusirnya Rupan.

“Rupan….Rupan…Rupan…!” sorasorai penduduk hutan menyambut kemenangan Rupan. Mereka keluar dari tempat persembunyiannya masing-masing dan mendekati Rupan.

Terima kasih Rupan,” seluruh penghuni hutan bergantian mengucapkan terima kasih sekaligus meminta maaf atas sikap mereka selama ini. Mulai sekarang Rupan tidak lagi menyesali tanduk panjangnya. Rupan bersyukur karena tanduk panjangnya berhasil menyelamatkan para penduduk hutan.

****TAMAT****

No comments:

Post a Comment