panggonancerito.blogspot.com

Wednesday, 14 October 2015

Kisah Bara dan Biri

Pada zaman dahulu kala. Ada dua ekor burung kecil yang tinggal di dahan pohon. Mereka bernama Bara dan Biri. Kedua burung itu bersahabat, tetapi tabiat mereka berbeda. Biri selalu bangun pagi sebelum matahari terbit. Ia berolahraga di dahan-dahan pohon, meloncat dari dahan ke dahan, terbang mengelilingi pohon-pohon dan menyanyi. Biri paling senang, bila ia dapat melihat matahari terbit.

“Selamat pagi, matahari yang baik,” sapa Biri ramah.
“Selamat pagi juga, Biri! Ho ho ho, pagi ini lagi-lagi kau bangun lebih pagi dariku,” sahut Matahari.

Matahari dan Biri hampir setiap hari mengobrol. Kalau Biri rajin bangun pagi, Bara sebaliknya. Ia tak pernah bangun kalau matahari belum berada di atas pucuk pohon. Karena tidur terlalu lama dan jarang berolahraga, Kiku sering sakit-sakitan. Biri jengkel dengan kemalasan Bara Karena ia tak bisa membereskan tempat tidurnya pada pagi hari.

Biri mencari akal agar Bara tidak malas bangun pagi lagi.
“Bara, pernahkah engkau makan cacing?” tanya Biri pada suatu hari.
“Belum, bagaimana rasanya?” Bara merasa tertarik.
“Belum pernah makan cacing? Kalau begitu jangan sebut dirimu burung. Setiap burung sejati pasti pernah makan cacing setiap pagi hari,” kata Biri sambil menepuk dada.
“Kalau begitu aku akan mencari cacing,” kata Bara penasaran. “Kau akan cari cacing di mana?” ejek Biri
“Aku? Aku tidak tahu,” sahut Bara malu. “Aku mau memberi tahu. Asal kau mau bangun pagi-pagi besok.” “Baiklah!”

Esok harinya, seperti biasa Biri bangun sebelum matahari terbit. Ia bersusah payah membangunkan Bara. Karena bara masih mengantuk, Bara sering menutup matanya.

“Lihat Bara! Bu Ayam sedang mengais-ngais tanah. Cacingnya banyak sekali! Tidakkah engkau ingin memakannya?” tanya Biri. Seketika itu Bara yang berjalan sambil terkantuk-kantuk, membuka matanya.
“Petok. petook! Ayo, Biri, ajak temanmu sarapan bersama,” ajak Bu Ayam. Mereka pun sarapan pagi dengan gembira.
“Biri, aku sudah makan cacing. Jadi aku adalah burung sejati,” kata Bara. “Tapi burung sejati pun selalu bangun sebelum matahari terbit,” kata Biri.
“Aku akan membiasakan bangun pagi mulai sekarang. Karena ternyata bangun pagi itu menyenangkan. Aku merasa badanku sangat sehat,” kata Bara.
“Mulai sekarang kita bisa berolahraga pagi,” kata Biri. “Tentu!”
“Kalau begitu mari kita terbang. Satu, dua, tiga!” seru Biri. Kedua burung itu melesat ke udara. Mereka terbang dengan riang di antara dahan-dahan pohon. Akhirnya bara tidak menjadi burung pemalas lagi.

****TAMAT****

No comments:

Post a Comment